Jum'at, 06 Februari 2009 , 07:29:00
Zikrul Maut
Oleh : Uti Konsen.U.M.
“Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya, sakitnya kematian “ (HR. Dailami).
“ZIKRUL MAUT merupakan salah satu upaya menghidupkan hati. Tanpa zikrul maut, hati mempunyai kecenderungan menjadi keras, membatu, lalu mati karena dipenuhi oleh kerak-kerak kemaksiatan. Zikrul maut , ia adalah “ilmu“ yang mampu menerangi hati, serta mengingatkan bahwa aktivitas keduniaan kita sebenarnya fana. Hal yang kita kerjakan di dunia ini, tidak lain adalah aktivitas dari ‘menabur benih‘ untuk kelak menuainya di akhirat.” (Buku Zikrul Maut oleh Aa Gym).
Satu saat Rasulullah SAW sampai di satu majelis. Ada seseorang yang memuji sahabatnya si Fulan. Rasul SAW bertanya, “Bagaimanakah dia itu mengingat mati?“ Mereka menjawab, “Kami hampir tidak pernah mendengarnya mengingat-ingat mati“. Lalu Nabi SAW bersabda “Sahabat kalian tidak layak untuk dipuji“.
Ibnu Umar RA berkata, “Saya pernah menemui Rasulullah SAW, yang tengah dikelilingi sekelompok orang. Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia dan paling bijak “ Beliau SAW menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat dan paling tekun melakukan persiapan untuk akhirat. Mereka itulah orang yang bijak yang memperoleh kemuliaan dunia dan keagungan akhirat”.
Dilain waktu, Aisyah RA bertanya, “Ya Rasulullah, adakah seseorang yang bisa berkumpul dengan para syuhada?“ Nabi Mulia SAW itu menjawab, “Ada, yaitu orang yang mengingat mati dua puluh kali dalam sehari semalam“ (Al Hadis). Berbagai sikap orang-orang saleh zaman dahulu untuk mengingat mati (Zikrul Maut). Maymun bin Mahran misalnya, menggali kuburan dalam rumahnya. Setiap malam ia masuk kuburan ini dan membaca Quran di situ. Setelah keluar ia berkata kepada dirinya , “Hai Maymun, engkau telah kembali ke dunia, maka perbuatlah amal saleh.”
Ustman bin Affan RA sering berdiri seorang diri diatas kuburan sambil menangis. Lalu ada yang bertanya, “Kenapa, ketika ingat surga dan neraka engkau tidak menangis, tetapi ketika ingat kuburan engkau menangis“. Ustman menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kuburan merupakan salah satu tempat tinggal Akhirat yang pertama. Jika selamat darinya, maka setelahnya akan lebih mudah darinya. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka setelahnya akan lebih parah dan pedih darinya.”
Syaikh bin ‘Anan, beliau berziarah ke makam-makam setiap hari Jumat, baik yang dia kenal atau tidak. Ketika melihat suatu makam, dia selalu menangis karena teringat berbagai dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz RA. biasanya mengumpulkan para fukaha setiap malam untuk mengingatkan kematian dan dahsyatnya hari akhirat.
Abu Darda RA, sering menghadiri pemakaman dan menziarahi kubur. Beliau memberi nasehat kepada para muridnya. “ Obat keterikatanmu dengan dunia adalah kematian“. Nasehatnya yang lain, “ Jika engkau mengunjungi rumah sakit, bayangkanlah dirimu berada di tempat tidur tersebut dan ingatlah bahwa suatu saat nanti kau akan berbaring dan tidak pernah bangun kembali. Ketika kau menghadiri pemakaman, bayangkanlah dirimu berada di dalam peti mati. Ingatlah, niscaya datang suatu waktu ketika pemakaman itu digali untukmu. Ketika kau berziarah ke kubur, bayangkanlah itu adalah nisanmu. Ketahuilah makammu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir jasadmu.” (Buku Jejak Langkah Mengenal Allah oleh Asfa Davy Bya)
Dengan menjenguk orang sakit dan yang meninggal dunia, juga bisa Zikrul Maut. Rasulullah SAW bersabda, “Jenguklah orang sakit dan iringilah jenazah, maka sesungguhnya hal itu akan mengingatkanmu pada akhirat“. Dalam hadis lain Rasulullah SAW menerangkan, “ Bahwa barang siapa yang menyaksikan jenazah hingga ia menshalatkannya, maka baginya adalah satu qirath, dan barang siapa yang menyaksikannya hingga menguburkannya maka baginya adalah dua qirath“. Seorang sahabat bertanya, “ pakah yang dimaksud dengan dua qirath?“ Beliau menjawab, “ eperti dua bukit yang besar “ (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Ibnu Majah).
Diantara hikmah Zikrul Maut , Insya Allah akan mendorong kita untuk banyak beramal saleh baik saleh ritual maupun saleh sosial. Pertama, istiqamah membaca Quran. Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al Quran karena ia akan membawakan syafa’at bagi para pembacanya pada Hari Kiamat “ (HR.Muslim). Orang yang hidupnya gemar membaca Al Quran, lidahnya akan tertuntun mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah“ ketika sakratul maut. Kedua, memotivasi untuk terus berbakti kepada kedua orang tua kendati mereka sudah wafat. Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh amal orang yang hidup selalu diperlihatkan kepada keluarga dan teman-temannya yang sudah berada di alam kubur. Bila amal yang dilakukan baik, keluarga yang berada di alam kubur langsung memuji kepada Allah dan merasa bahagia. Bila amal yang dilakukan buruk, keluarga yang berada di alam kubur langsung berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau mencabut nyawa saudara dan kerabatku yang masih berada di dunia, hingga lebih dahulu Engkau memberikan ampunan kepada mereka“.
Patut kita renungkan. Dari hari ke hari, hitungan umur kita memang bertambah. Namun, sebetulnya, jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Kita hanya punya sisa umur. Mudah-mudahan, dengan zikrul maut (mengingat mati), kita bisa menyikapi detik demi detik dari sisa umur kita dengan benar, yaitu mengisinya dengan aktivitas ibadah dan perbuatan utama yang didasari oleh niat yang benar. Sebab kata Rasulullah SAW, “Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal dialaminya, setelah kematian. Ketika itu, tidak ada yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkan kepada apa yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu dengan Tuhan.“ (HR.Imam Ahmad).
Zikrul Maut
Oleh : Uti Konsen.U.M.
“Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya, sakitnya kematian “ (HR. Dailami).
“ZIKRUL MAUT merupakan salah satu upaya menghidupkan hati. Tanpa zikrul maut, hati mempunyai kecenderungan menjadi keras, membatu, lalu mati karena dipenuhi oleh kerak-kerak kemaksiatan. Zikrul maut , ia adalah “ilmu“ yang mampu menerangi hati, serta mengingatkan bahwa aktivitas keduniaan kita sebenarnya fana. Hal yang kita kerjakan di dunia ini, tidak lain adalah aktivitas dari ‘menabur benih‘ untuk kelak menuainya di akhirat.” (Buku Zikrul Maut oleh Aa Gym).
Satu saat Rasulullah SAW sampai di satu majelis. Ada seseorang yang memuji sahabatnya si Fulan. Rasul SAW bertanya, “Bagaimanakah dia itu mengingat mati?“ Mereka menjawab, “Kami hampir tidak pernah mendengarnya mengingat-ingat mati“. Lalu Nabi SAW bersabda “Sahabat kalian tidak layak untuk dipuji“.
Ibnu Umar RA berkata, “Saya pernah menemui Rasulullah SAW, yang tengah dikelilingi sekelompok orang. Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia dan paling bijak “ Beliau SAW menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat dan paling tekun melakukan persiapan untuk akhirat. Mereka itulah orang yang bijak yang memperoleh kemuliaan dunia dan keagungan akhirat”.
Dilain waktu, Aisyah RA bertanya, “Ya Rasulullah, adakah seseorang yang bisa berkumpul dengan para syuhada?“ Nabi Mulia SAW itu menjawab, “Ada, yaitu orang yang mengingat mati dua puluh kali dalam sehari semalam“ (Al Hadis). Berbagai sikap orang-orang saleh zaman dahulu untuk mengingat mati (Zikrul Maut). Maymun bin Mahran misalnya, menggali kuburan dalam rumahnya. Setiap malam ia masuk kuburan ini dan membaca Quran di situ. Setelah keluar ia berkata kepada dirinya , “Hai Maymun, engkau telah kembali ke dunia, maka perbuatlah amal saleh.”
Ustman bin Affan RA sering berdiri seorang diri diatas kuburan sambil menangis. Lalu ada yang bertanya, “Kenapa, ketika ingat surga dan neraka engkau tidak menangis, tetapi ketika ingat kuburan engkau menangis“. Ustman menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kuburan merupakan salah satu tempat tinggal Akhirat yang pertama. Jika selamat darinya, maka setelahnya akan lebih mudah darinya. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka setelahnya akan lebih parah dan pedih darinya.”
Syaikh bin ‘Anan, beliau berziarah ke makam-makam setiap hari Jumat, baik yang dia kenal atau tidak. Ketika melihat suatu makam, dia selalu menangis karena teringat berbagai dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz RA. biasanya mengumpulkan para fukaha setiap malam untuk mengingatkan kematian dan dahsyatnya hari akhirat.
Abu Darda RA, sering menghadiri pemakaman dan menziarahi kubur. Beliau memberi nasehat kepada para muridnya. “ Obat keterikatanmu dengan dunia adalah kematian“. Nasehatnya yang lain, “ Jika engkau mengunjungi rumah sakit, bayangkanlah dirimu berada di tempat tidur tersebut dan ingatlah bahwa suatu saat nanti kau akan berbaring dan tidak pernah bangun kembali. Ketika kau menghadiri pemakaman, bayangkanlah dirimu berada di dalam peti mati. Ingatlah, niscaya datang suatu waktu ketika pemakaman itu digali untukmu. Ketika kau berziarah ke kubur, bayangkanlah itu adalah nisanmu. Ketahuilah makammu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir jasadmu.” (Buku Jejak Langkah Mengenal Allah oleh Asfa Davy Bya)
Dengan menjenguk orang sakit dan yang meninggal dunia, juga bisa Zikrul Maut. Rasulullah SAW bersabda, “Jenguklah orang sakit dan iringilah jenazah, maka sesungguhnya hal itu akan mengingatkanmu pada akhirat“. Dalam hadis lain Rasulullah SAW menerangkan, “ Bahwa barang siapa yang menyaksikan jenazah hingga ia menshalatkannya, maka baginya adalah satu qirath, dan barang siapa yang menyaksikannya hingga menguburkannya maka baginya adalah dua qirath“. Seorang sahabat bertanya, “ pakah yang dimaksud dengan dua qirath?“ Beliau menjawab, “ eperti dua bukit yang besar “ (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Ibnu Majah).
Diantara hikmah Zikrul Maut , Insya Allah akan mendorong kita untuk banyak beramal saleh baik saleh ritual maupun saleh sosial. Pertama, istiqamah membaca Quran. Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al Quran karena ia akan membawakan syafa’at bagi para pembacanya pada Hari Kiamat “ (HR.Muslim). Orang yang hidupnya gemar membaca Al Quran, lidahnya akan tertuntun mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah“ ketika sakratul maut. Kedua, memotivasi untuk terus berbakti kepada kedua orang tua kendati mereka sudah wafat. Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh amal orang yang hidup selalu diperlihatkan kepada keluarga dan teman-temannya yang sudah berada di alam kubur. Bila amal yang dilakukan baik, keluarga yang berada di alam kubur langsung memuji kepada Allah dan merasa bahagia. Bila amal yang dilakukan buruk, keluarga yang berada di alam kubur langsung berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau mencabut nyawa saudara dan kerabatku yang masih berada di dunia, hingga lebih dahulu Engkau memberikan ampunan kepada mereka“.
Patut kita renungkan. Dari hari ke hari, hitungan umur kita memang bertambah. Namun, sebetulnya, jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Kita hanya punya sisa umur. Mudah-mudahan, dengan zikrul maut (mengingat mati), kita bisa menyikapi detik demi detik dari sisa umur kita dengan benar, yaitu mengisinya dengan aktivitas ibadah dan perbuatan utama yang didasari oleh niat yang benar. Sebab kata Rasulullah SAW, “Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal dialaminya, setelah kematian. Ketika itu, tidak ada yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkan kepada apa yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu dengan Tuhan.“ (HR.Imam Ahmad).
Wallahualam. **
Sumber: Pontianak Post Online
Sumber: Pontianak Post Online
No comments:
Post a Comment